Kamis, 14 Desember 2017

Meninjau Kembali Dampak Perang Dingin terhadap Kehidupan Politik dan Keadaan Ekonomi Global



Meninjau Kembali Dampak Perang Dingin terhadap
Kehidupan Politik dan Keadaan Ekonomi Global

-0o0-
Satryo Sasono
-0o0-

GAMBARAN UMUM

Berakhirnya Perang Dunia II menyebabkan Amerika Serikat dan Uni Soviet keluar sebagai pemenang perang dan muncul sebagai negara adikuasa/super power yang kemudian memainkan peranan di panggung politik, ekonomi dan Hubungan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan militer dunia internasional. Lahirnya kekuatan adidaya baru yang mewakili kepentingan Blok Barat dan Blok Timur menimbulkan suasana yang tidak representatif. Pertentangan di antara dua kekuatan dunia tersebut melahirkan Perang Dingin (the cold war).
Sehingga ada dua pola pikir tentang bagaimana hubungan AS-Uni Soviet terhadap negara lain dan bagaimana hubungan antarnegara. Winston Churchill, seorang realis, menghendaki pembagian wilayah pengaruh antara AS dan Uni Soviet secara jelas, khususnya di Eropa. Sementara Roosevelt, seorang idealis menghendaki suatu kerjasama dan hubungan komplementer bagi tiap negara dengan mendudukkan negara-negara besar sebagai penjamin – penjaga perdamaian dunia. Hasilnya dibentuklah PBB dengan menempatkan lima negara besar sebagai pemegang hak veto. Namun dalam prakteknya tujuan ideal ini tidak berjalan dengan semestinya, karena baik AS dan Uni Soviet selalu memandang curiga dan merasa terancam satu sama lain. Akibatnya, terjadilah perang dingin antara Uni Soviet sebagai blok Timur dan Amerika Serikat sebagai blok Barat (McNamara 1989, 23).
Perang Dingin merupakan suatu kondisi dunia yang hidup dalam bayangan perang nuklir,  suatu kondisi dimana dunia diwarnai hubungan ketegangan ”damai tetapi tidak damai” karena pelatuk konflik perang nuklir masing-masing pihak siap meledak  (Kort 1998, 4). Dalam perkembangannya, perang dingin  makin menajam seiring dengan perlombaan senjata antara AS-Uni Soviet. Masing-masing berusaha saling mengungguli baik dalam varitas maupun kualitas. Usaha peredaan ketegangan sudah dilakukan, namun sebegitu jauh masih bersifat ambivalen.

-0O0-
AKAR KONFLIK
Perang Dingin ditandai dengan adanya sikap ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesalahan pemahaman antara Blok Barat dan Blok Timur, Amerika Serikat dituduh menjalankan politik imperialisme untuk memengaruhi dunia, sementara Uni Soviet dianggap telah melakukan perluasan hegemoni atas negara-negara demokrasi melalui ideologi komunis .Pengaruh Uni Soviet dalam mengembangkan hegemoninya di Eropa telah berkembang dengan cepat.
Dengan keadaan tersebut, Amerika Serikat merasa berkewajiban mencegah berkembangnya gerakan komunis. Amerika Serikat menyusun strategi politik global yang dikenal dengan containment policy. Tujuan containment policy adalah untuk mencegah berkembangnya pengaruh suatu negara atau suatu sistem politik daripihak lawan Sistem politik yang menjadi lawan Amerika adalah komunisme. Oleh karena itu, containment policy dikenal pula sebagai containment of communism.
Menurut Robert McNamara, konflik Perang Dingin ini karena AS telah melakukan salah persepsi (misperception) tentang ideologi komunis yang menekankan “class struggle”.  Pertama, doktrin “Socialism in One Country”, yang oleh pihak Barat diartikan bahwa Uni Soviet menghendaki sebagai satu-satunya negara sosialis yang menguasai dunia. Doktrin ini tampak pada  sikap keras Stalin, Lenin, dan Kruschev. Kecurigaan itu makin besar dengan meluasnya pengaruh komunisme  pada sejumlah Negara Dunia Ketiga yang kemudian banyak beralih menjadi Negara komunis. Tercatat  banyak negara komunis baru misalnya  komunisme  Cina yang menang mengalahkan kaum Nasionalis (1949), Uni Soviet secara sepihak mendirikan administrasi ekonomi di Jerman Timur (1947). Setelah itu  Polandia, Bulgaria dan Rumania menjadi pemerintahan komunis (1947) yang kemudian disusul  Chekoslovakia dan Hungaria. Melihat kenyataan ini AS merasa khawatir bahwa negara-negara lain akan terpengaruh juga oleh ideologi komunis.
Konflik ideologi–politik berimplikasi pada  persaingan militer. Ibarat persaingan suatu perusahaan dalam pasar yang sama, mereka sama-sama berkompetisi mencari metode optimal untuk menghasilkan mekanisme pasar yang lebih menguntungkan. Uni Soviet berhasil ”menguasai” negara-negara Eropa Timur. Melihat hal ini  AS tidak ingin “Finlandianisasi” kawasan Eropa akan terus berlangsung untuk itu dibentuklah aliansi NATO (North Atlantic Treaty Organization) pada tahun 1954. Sementara pada kawasan lain ia menjalin hubungan dengan Cina Nasionalis (1954), membentuk ANZUS (1951), SEATO (1954), serta mengadakan perjanjian dengan Iran, Turki dan Pakistan (McNamara, 1989: 46).   Menanggapi kondisi ini, Uni Soviet  membentuk WTO (Warsawa Treaty Organization) 1955,  mendirikan Cominform (Communist Information Bureau), serta  meningkatkan inovasi militer dengan berhasil diluncurkannya satelit sputnik (1957). Negara dunia ketiga menjadi obyek pertarungan mereka, oleh karena itu beberapa tidak mau terseret dalam kelompok ideologis antara dua super power. Lahirlah kelompok Non Blok yang ditandai dengan KTT I di Beograd (1961).

-0O0-
ANALISIS 1
(KEHIDUPAN POLITIK GLOBAL)

Memasuki dasawarsa 1970-an, ada tiga bidang pergeseran dalam kancah percaturan internasional. Pertama, di bidang politik, jika sebelumnya AS melihat RRC sebagai musuh, kini berubah sebaliknya memandang RRC sebagai sahabat yang bisa digunakan untuk ”menghancurkan” musuh utamanya yaitu Uni Soviet. Komunike Shanghai 1972 merupakan babak baru normalisasi AS- RRC.
Bagi AS, secara strategis hubungan ini dimaksudkan untuk memecah kesatuan komunis; secara politis untuk memojokkan Uni Soviet; dan secara ekonomis untuk memperluas perdagangannya karena China yang berpenduduk terbesar dunia merupakan medan pasar yang sangat menguntungkan, di samping itu untuk pelemparan barang ekspor Jepang yang diarasa sudah mulai jenuh di AS.
Pendekatan AS-China ini sangat memukul Uni Soviet. Apalagi  kenyataan bahwa berkat bantuan ekonomi AS, China berhasil mengembangkan modernisasi ekonomi, militer, dan  teknologi nuklir. Uni Soviet yang merasa terjepit oleh hubungan AS – Cina ini menjadi semakin merasa tidak aman, ia kemudian makin berpetualang di sejumlah negara. Misalnya, pada tahun 1978 menjalin perjanjian persahabatan (militer) dengan Vietnam (Finkelstein 1987) , invasi ke Afganistan. ..(1979), invasi Ethiopia (1979) dan merestui invasi Vietnam ke Kamboja (1979)
Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin. Bagi negara-negara yang sebelumnya kalah seperti Jerman dan Jepang berkembang pula kapitalisme selain demokrasi. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan AS dan merupakan negara pengaruhnya.
Uni Soviet dengan paham sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahun. Cara tersebut dilakukan dengan ditaktor bukan liberal. Bagi negara satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan penyimpangan akan ditindak keras oleh US seperti contohnya Polandia dan Hongaria. Demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah sehingga beberapa negara menjadi terpecah seperti Korea, Vietnam, dan Jerman.Dampak dalam bidang politik dapat juga kita lihat dari dibangunnya tembok berlin di Jerman sebagai batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam perang dunia kedua negara ini memang sudah terbagi menjadi 2, yaitu Jerman Barat yang beribukota di Bonn dan Jerman Timur yang beribukota di Berlin.
Negara ini mengalami perpecahan karena adanya 2 paham yang berbeda berlaku di negara ini, yaitu liberal yang dianut jerman barat dan Komunis yang dianut jerman timur. Dalam perjalanan pemerintahannya, Jerman barat mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat daripada Jerman timur. Oleh sebab itu, banyak orang Jerman timur yang memutuskan untuk hijrah ke Jerman barat. Namun karena saat itu terjadi perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet, Uni soviet merasa tersinggung dengan adanya orang-orang pindah ke Jerman Barat. Kerena itu Uni soviet mendanai dan mendukung untuk membangun sebuah tembok yang berada di kota berlin yang menyebabkan terbelahnya kota itu.
Selain itu di tembok ini, uni soviet juga menyiagakan tentaranya agar menembaki orang-orang yang masih berani untuk menyebrang. Kemudian tembok ini sangat dikenal orang sebagai simbol bagi perang dingin.



-0O0-
ANALISIS 2
(KEHIDUPAN EKONOMI GLOBAL)
KAPITALISME vs KOMUNISME

Di bidang ekonomi; sebenarnya dasar ideologi komunisme tidak menghendaki hubungan dagang dengan pihak liberal (khususnya AS), tetapi karena untuk menanggulangi resesi,  pengangguran dan kepentingan ekonomi nasional, Khruschev pemimpin UniSoviet saat itu  melihat persepsi keamanan tidak hanya dilihat dari aspek militer, tetapi juga aspek ekonomi. Karenanya dia berusaha membuka hubungan dengan pihak Barat. Menurutnya, hubungan dagang bukan hanya sebagai sesuatu yang perlu, melainkan suatu kebutuhan. Hubungan dagang ini  meski dalam volume yang relatif tidak besar, tetapi telah berpengaruh positif pada perbaikan ekonomi Uni Soviet, bahkan  bisa mengembangkan jaringan transformasi, otomotif maupun infrastruktur misalnya pembangunan jalan. Hubungan dagang itu terus meningkat, pada tahun 1971 volume perdagangan AS ke Uni Soviet sejumlah 200 juta USD, tahun 1975 meningkat menjadi 2 miliar USD (Shanor, 1989: 173).
Pada perang dingin berlangsung dalam kurun 2 dekade, muncul dua kekuasaan perekonomian yang mengambil peran masing-masing di dunia. Ekonomi liberal yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dimana dalam pergerakan perekonomian mereka senantiasa mengedepankan kebebasan dalam hal investasi dan pengembangan dunia bisnis Negara mereka. Swasta asing diberi kesempatan yang sama dengan perusahaan dalam negeri untuk bersaing dalam monopoli bisnis perekonomian Negara. Artinya tidak ada perbedaan antara pendatang dan masyarakat local yang telah memegang kuasa bisnis di daerah atau Negara tersebut. Negara yang memerintah hanya sebagai alat untuk mengatur kebijakan yang diambil berdasar kondisi terkini yang terjadi atas perusahaan yang ada di Negara mereka.
Sebaliknya dengan Negara komunis dengan pimpinan Uni Soviet, Negara yang memegang teguh komunis seluruh perekonomian Negara berdasarkan atas kebersamaan. Sistem sentralis dimana pemerintah pusat yang memegang kuasa kendali atas seluruh kegiatan perekonomian yang ada di Negara. Paham komunis mengkhawatirkan akan timbulnya kesenjangan ekonomi yang timbul apabila ada sebuah pihak yang mendominasi monopoli perekonomian Negara.
Dengan sistem sentralisasi yang diterapkan oleh paham komunis diharapkan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran yang didapat dapat terjadi sebuah pemerataan terhadap seluruh rakyat di Negara pemegang paham perekonomian komunis.
Selain itu, Negara komunis lebih memandang kaum rendah seperti buruh dan petani dalam usahanya untuk mengembangkan usaha. Sehingga tak urung beberapa Negara komunis pada awalnya seperti Cina mengupayakan mobilisasi pertanian guna menyelamatkan perekonomian Negara mereka disusul oleh industrialisasi yang masuk.

-0O0-
KESIMPULAN

Pasca Perang Dunia II, politik internasional  diwarnai  konflik Perang Dingin antara super power AS dan Uni Soviet, yang masing-masing mencari daerah pengaruh. Amerika Serikat menebar ideologi kapitalisme – liberalisme dan bantuan ekonomi, sementara Uni Soviet menebar bantuan senjata dan agitasi pembebasan. Konflik mereka berakar pada persepsi dimana masing masing pihak merasa terancam. Posisi geografis dan trauma perang menjadikan Uni Soviet selalu merasa tidak aman, untuk itu ia mencari daerah pengaruh sebagai buffer zone, dan langkah Uni Soviet ini juga dipersepsi oleh AS sebagai ancaman pula. Kedua pihak  saling curiga dan berkehendak menjadi superior. Persaingan ini makin meningkat dengan terbentuknya NATO dan Pakta Warsawa serta perlombaan senjata, sementara negara-negara dunia ketiga menjadi ajang perebutan mereka.

Memasuki dasawarsa 1970-an, terjadi pergeseran dalam politik internasional. Pada satu sisi AS ”merangkul” RRC untuk menghadapi Uni Soviet, dan pada sisi lain Uni Soviet mengadakan hubungan dagang dan peredaan militer dengan AS. Sungguhpun demikian konflik politik-militer kedua pihak pada sejumlah negara masih sangat dominan.

SUMBER KEPUSTAKAAN
Gilpin, Robert, 1987. The Political Economy of International Relations. New Jersey: Princeton University Press.
Kanet, Roger E. (ed.), 1982. Soviet Foreign Policy in the 1980s. New York: Praeger Publisher.

Lihat, Lilik Salamah. 2013. Meninjau Kembali Perang Dingin Komunis Vs Liberalis. Universitas Erlangga.e-Journal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perbandingan Sistem Ekonomi

  “SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM PERBANDINGAN  DENGAN EKONOMI KAPITALIS DAN SOSIALIS” Satryo Sasono 1 1.     Sistem Ekonomi Kapitalis Sis...